TAMATU' DI BOYOLALI

Berbekal resep pilihan madu dan kuning telur ayam kampung Abi miliki
saran bentuk perhatian mendalam
"Minum ya, agar tenaga Umi cepat pulih"

Abi dengan segenap kasih sayang melayani istri, bak permaisuri di sebuah istana nan megah.
Lamunannya meluap-luap bagai air yang tak sanggup lagi di tampung sebuah ember kecil. Layaknya sepasang pangeran dan permaisuri. Setiap hari dilayani. Segala kebutuhan di penuhi. Setiap pagi kala kami terbangun dari mimpi-mimpi indah di meja ruang tengah telah tersedia dua gelas kopi susu dan berbagai makanan penyerta. Sungguh manja dan termanja.

Siang datang meja makan terbentang, nasi, lauk pauk, sambal, lalapan, buah-buahan. Segalanya ada. Malam tiba kami terpesona mereka amat bijaksana. Udara yang cukup bersahabat menambah syahdu suasana. Abi sempat bertanya dalam hati, "Malaikatkah mereka atau manusia-manusia utama?"

Detik demi detik yang kami jalani begitu berarti. Inikah keajaiban silaturahmi atau mereka yang baik hati. Saling sapa, gelak tawa, sesekali sunyi menyelimuti kami sehari-hari. Suatu saat Umi pernah angkat bicara "Mang Haji dan bi Haji pengertian sekali"
Abi tersenyum tanda setuju.

Tiga malam di Boyolali amat berarti. Rasanya akan terus terpatri di hati. TAMATU (Tangi Mangan Turu) di Boyolali senantiasa kami nanti walau
sehari.
***

Keterangan:
Tangi: Bangun
Mangan: Makan
Turu: Tidur

Comments

Popular posts from this blog

Menyambut Si Lembut nan Jelita

Modul Jurnalistik: Mulai Menerjemah

Modul Jurnalistik: Prinsip Bahasa Jurnalistik