Selamat Tinggal Masa lalu, Hadiah dari seorang Guru

Say good bye masa lalu! Ya, setiap orang punya masa lalu. Anda bisa saja punya masa lalu yang amat kelam. Namun, masa lalu biarlah berlalu. Tidak selayaknya masa lalu Anda diberitakan kepada setiap orang. Masa lalu, hanya Anda dan masa lalu Anda yang tahu. Biarkan! Biarkanlah seperti itu. Begitupun saya, punya masa lalu –mungkin sama kelamnya—seperti Anda, atau bahkan melebihi Anda.
  
Sebagian orang ada yang sibuk dengan masa lalu mereka. sehingga mereka lupa, bahwa mereka hidup di zaman sekarang. Ada juga yang sudah tidak ingat lagi dengan yang namanya masa lalu. Baginya, hidup adalah sekarang dan yang akan datang. Ya, hidup adalah sekarang. Apakah Ust. Jefry –yang dulunya pemakai—sekarang di sebut morfinis?. Oh, tidak. Dia sekarang sosok dai muda kondang. Ia adalah ikon remaja religius. Ceramah-ceramahnya sungguh diminati kalangan muda. Ya, itulah "UJ" panggilan akrab Ustadz Jefry.
  
Begitu juga dengan Anda atau saya, apakah akan dipanggil dengan gelar-gelar jahiliyah tempo dulu? Apakah masa lalu akan senantiasa mengahantui Anda selamanya?. Tidak! Sekali lagi, tidak!! Manusia yang hanya mengingat masa lalu adalah manusia yang telah mati. Seolah hidup untuk masa lalu yang telah lewat. Seolah saat ini, tidak ada kehidupan baginya. Betapa rugi orang itu. Padahal banyak cara untuk memperbaiki. Banyak jalan terbentang untuk menata kembali kehidupan. Samudera perbaikan terhampar luas. Mau apa lagi, bila semuanya telah ada. Masihkan akan menyesali masa lalu?
  
Ya, mungkin ada sebagian teman, sahabat atau bahkan keluarga yang menganggap kita masih sosok yang dulu. Mereka menilai demikian sah-sah saja. Namun, satu hal yang mesti kita kuasai bahwa kita tidak seperti yang dulu lagi. Itu hanya masa lalu!. Kita buktikan, bahwa kita telah perbaiki kesalahan-kesalahan yang pernah dilakoni. A'idh al-Qorny pernah menulis dalam karya besarnya "La Tahzan", biarkan masa lalu musnah dimakan waktu. Artinya, masa lalu itu akan hancur, hilang, musnah, dan dilupakan orang seiring berjalannya waktu. Dengan sendirinya mereka tidak akan melihat masa lalu kita. Mereka akan menilai kita sekarang. Ya, sekali lagi sekarang!. Sekarang kita seperti apa?!

Mereka yang menilai kita dengan parameter masa silam hanyalah orang-orang iri, sakit hati atau penipu. Mereka iri, bila sekarang kita telah lebih baik dan maju. Mereka sakit hati, karena kita telah keluar dari kubangan nista dan keterpurukan hidup. Mereka hanya menipu bahwa kita begini, begitu dan seterusnya. Padahal semua itu hanya masa lalu. Tidak berlaku lagi untuk sekarang.

Saya punya seorang teman, diusianya yang mulai senja dia tidak pernah menyesali masa lalunya. Ia jatuh bangun dibangku kuliah. Hanya karena soal selera, ia berpindah-pindah dari satu kampus ke kampus yang lain. Teman saya yang lain, tidak sampai mengenyam bangku kuliah karena himpitan ekonomi. Kawan saya yang ketiga sibuk dengan hobinya, panjat tebing. Hal yang saya amati sekarang, ketiga-tiganya mengabdi di sebuah pesantren di sebuah kota di Bandung. Ya, sekarang mereka menjalani profesi yang sama. Suatu hari ketiganya ngobrol bareng. Dari jauh saya memekik pada mereka, selamat tinggal masa lalu!***

Comments

Popular posts from this blog

Menyambut Si Lembut nan Jelita

Modul Jurnalistik: Mulai Menerjemah

Modul Jurnalistik: Prinsip Bahasa Jurnalistik