Menangisi Bidadari
Tepat pukul sepuluh pagi Abi dikagetkan suara dering HP LG warna milenium, entah kenapa perasaannya kala itu tdk enak. Buru-buru ia raih HP yang sedari tadi nyaring memanggil. Namun, spontanitas Abi ke ruang tengah. Telepon rumah berdering keras tanpa batas. Tanpa ragu Abi angkat gagang telephone.
"Ini ibu Lela, ibu Gina pingsan! tolong di jemput kesini"
Dadanya kontan berdegup keras, sekeras drum yang di pukul ratusan orang! ia langsung lari ke belakang.
"Mang Apip bisa ngantar ke sekolah, bu Gina pingsan!"
"Oh...cepat Pip! pake mobil aja!"
Respon mamah cepat, secepat kilat.
***
Udara diluar terasa panas, sepanas jantung Abi yang terus berpacu memburu. Abi menerawang. Membuka kembali serpih-serpih memori tadi pagi. Ditatapnya pepohonan lekat.
"Perasaan tadi pagi Umi sehat dan bugar,tapi kok.."
lamunannya buyar mamah angkat suara
"Abi,tadi si Umi sarapan?"
"Sarapan"
Singkat Abi menjawab dan kembali hening. Selama perjalanan menuju simpang tempat Umi mengajar suasana dingin, sesejuk AC dengan temperatur 6 derajat celcius. Semua hanyut dengan pertanyaan masing-masing yang bergelanyut dialam pikiran. Abi sendiri seolah menggigil shock dengan kabar singkat menyesakan dada.
***
Serempak kami keluar dari mobil Daihatsu warna kopi susu. Sekonyong-konyong Abi memburu seseorang yang tergelok lemas diatas sofa kantor sekolah. Abi langsung meremas erat jemarinya, mendekatkan bibir ketelinganya. Moga Umi mendengar suaranya, begitulah ia berharap.
Baru Abi sadari wali murid sedari tadi berkerumuan memadati ruang kantor. Mereka turut prihatin dan sedih atas tragedi ini.
"Ibu Gina tadi kena bola dibagian kepala"
Ujar seorang ibu paruh baya memberi informasi. Abi tetap tak bergeming. Ia masih menatap lekat sang bidadari, istrinya. Maklum pengantin baru,aroma kasih, cinta dan sayang masih semerbak. Wajar bila ia merasa dipukul palu godam yg bertubu-tubi.
"Bawa aja langsung ke RS"
Ujar seorang ibu.
Atas usul Mamah, akhirnya kami urung membawanya ke Rumah Sakit.
"Ini ibu Lela, ibu Gina pingsan! tolong di jemput kesini"
Dadanya kontan berdegup keras, sekeras drum yang di pukul ratusan orang! ia langsung lari ke belakang.
"Mang Apip bisa ngantar ke sekolah, bu Gina pingsan!"
"Oh...cepat Pip! pake mobil aja!"
Respon mamah cepat, secepat kilat.
***
Udara diluar terasa panas, sepanas jantung Abi yang terus berpacu memburu. Abi menerawang. Membuka kembali serpih-serpih memori tadi pagi. Ditatapnya pepohonan lekat.
"Perasaan tadi pagi Umi sehat dan bugar,tapi kok.."
lamunannya buyar mamah angkat suara
"Abi,tadi si Umi sarapan?"
"Sarapan"
Singkat Abi menjawab dan kembali hening. Selama perjalanan menuju simpang tempat Umi mengajar suasana dingin, sesejuk AC dengan temperatur 6 derajat celcius. Semua hanyut dengan pertanyaan masing-masing yang bergelanyut dialam pikiran. Abi sendiri seolah menggigil shock dengan kabar singkat menyesakan dada.
***
Serempak kami keluar dari mobil Daihatsu warna kopi susu. Sekonyong-konyong Abi memburu seseorang yang tergelok lemas diatas sofa kantor sekolah. Abi langsung meremas erat jemarinya, mendekatkan bibir ketelinganya. Moga Umi mendengar suaranya, begitulah ia berharap.
Baru Abi sadari wali murid sedari tadi berkerumuan memadati ruang kantor. Mereka turut prihatin dan sedih atas tragedi ini.
"Ibu Gina tadi kena bola dibagian kepala"
Ujar seorang ibu paruh baya memberi informasi. Abi tetap tak bergeming. Ia masih menatap lekat sang bidadari, istrinya. Maklum pengantin baru,aroma kasih, cinta dan sayang masih semerbak. Wajar bila ia merasa dipukul palu godam yg bertubu-tubi.
"Bawa aja langsung ke RS"
Ujar seorang ibu.
Atas usul Mamah, akhirnya kami urung membawanya ke Rumah Sakit.
Comments
Post a Comment