KRISTAL PUTIH MEMBUNCAH

27 Maret 2006 bumi Boyolali mendung. Gelap. Awan bergumpal dan angin berhembus. Para pekerja berlarian. Mereka terlihat panik. Kerecek yang baru saja di jemur akhirnya mesti mereka angkut dan di masukan ke dalam pabrik. Boyolali di guyur hujan ditingkahi kilat dan halilintar. Aktifitas sebagian masyarakat terhenti. Nampak beberapa orang basah kuyup berlari-lari kecil mencari tempat berteduh.

Alangkah beruntung orang yang berada di rumah. Mereka tidak kena air hujan, tak menggigil dan tak juga basah kuyup. Namun, meski aku di rumah bahkan didalam kamar amat perih dan sedih. Perih bukan karena ditinggal kekasih. Sedih bukan pula karena ibu pilih kasih. Bukan itu penyebabnya. Tak terasa butir-butir kristal begitu deras basahi pipi. Semakin lama tubuhku berguncang pilu irama sendu tak kuasa aku tahan. Abi yang sedari tadi lelap menggeliat. Sesegukanku akhirnya mengusik sang
Arjuna.

"Kenapa geulis?"
Aku jawab dengan manja sembari menyeka kedua mata,
"Umi sedih".
Aku pun heran kenapa sedih?
***

Keterangan:
Kerecek: Kerupuk mentah yang belum digoreng dalam bahasa Jawa.
Geulis: Cantik. 

Comments

Popular posts from this blog

Menyambut Si Lembut nan Jelita

Modul Jurnalistik: Mulai Menerjemah

Modul Jurnalistik: Prinsip Bahasa Jurnalistik