Interupsi Pribadi Buat Aku Sendiri

Ya, ternyata aku belum piawai mengatur waktu. Waktu yang 24 jam itu, belum juga bisa aku kendalikan sepenuhnya. Yang aku lakukan hanya itu-itu aja. Terbelenggu dalam rutinitas –yang menurutku sendiri- kurang gereget. Itu penilaian pribadi, belum tentu orang lain menilainya seperti apa. Agenda harian yang aku bikin belum bisa terlaksana semuanya. Memang berat juga, gelombang lalai dan batu karang malas itu. Keduanya kerap menghadang, menerjang, bahkan menikam secara diam-diam atau terang-terangan. Derasnya hujan semangat dan tekad kerap kandas tergilas gelombang ganas, malas. Kobaran api obsesi, padam seketika hanya dengan setetes embun ghaflah atau percikan riya, tak tulus.

Manusia rapuh, penuh sandiwara, plin-plan tak tentu arah adalah manusia binasa.  Jangan sampai aku termasuk ke dalam kubangan nista itu. Jangan sampai!. Manusia macam itu hanya bangkai tak bernyawa apalagi punya ruh atau jiwa. Pantas orang yg demikian diberi gelar orang yg bangkrut, paling bangkrut tiada tara, tiada bandingannya.

Ungkapan diatas bukan sebuah kemarahan. Bukan juga ungkapan murka tanpa makna. Namun, sebuah interupsi pribadi buat aku sendiri. Sebuah nasihat yang tulus dari lubuk hati yang paling dalam. Ungkapan pemicu buat pedati yang lelah. Bara pengobar untuk jiwa yang tergonjang hebat.

اللهم إني أعوذبك من القسوة والغفلة، والذلة والمسكنة، والسُمعة والرياء

“Ya Allah, aku memohon perlindunganMu dari hati yang keras laksana batu, aku juga berlindung kepadaMu dari berleha-leha dan lalai …
Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari kehinaan nan nista dan dari kemiskinan nan sengsara …
Aku juga berlindung kepadaMu, ya Rab, dari bahaya sum’ah dan riya yang tiada terasa bahkan nyaris tak disangka dan diduga ….”


Saat aku menulis, sang permaisuri terlelap, hanyut dalam alunan nasyid, terbawa ke alam dimana hanya ia dan Dia yang tahu. Aku tidak tahu apa yang sedang ia lihat dan ia alami dalam alam bawah sadarnya. Aku hanya berharap semoga sang adinda bisa istirahat dengan nyaman, berkualitas prima. Esok hari sejumlah aktifitas telah menanti. Menanti jemari nan lincah, menyusuri setiap ornament kehidupan, ditingkahi nafas-nafas ikhlas, mengharap welas dan kasih dari Yang Maha Pengasih.

Comments

Popular posts from this blog

Menyambut Si Lembut nan Jelita

Modul Jurnalistik: Mulai Menerjemah

Modul Jurnalistik: Prinsip Bahasa Jurnalistik