Cinta Sejati

Seorang sahabat pernah berkata, "Akhi cinta sejati hanya bisa kita raih setelah menikah". Lantas kalau demikian para penjaja cinta sebelum nikah cinta semu dong?! Ya, begitulah faktanya. Mereka hanya bergumul dengan fatamorgana cinta. Sebut saja, si "A" seorang artis pacaran, memadu 'kasih', mengucap 'cinta', memberi 'kasih sayang' dan seterusnya sebagaimana para pasangan penjaja cinta semu yang kerap kita lihat. Fatroh seperti petualangan 'cinta' tidak hanya sebentar bahkah ada yang sampai sepuluh tahun! Namun, apa yang terjadi?  sekian lama mereka mereka saling mengungkap 'cinta'. Ternyata setelah mengucap janji setia (Aqad), sehidup semati didepan penghulu, beberapa bulan setelah itu bubar. Ya, mereka sama sekali tidak merengkuh yang namanya cinta sejati.

Sahabat saya orang Garut. Atas jasa seorang ustadz, ia dikenalkan dengan seorang gadis shalehah. Ya, hanya dalam fatroh kurang dari sebulan dia langsung menikahi gadis itu. Pasca nikah, ia bertutur bahwa cinta sejati hanya bisa diraih setelah nikah. Betapapun, setelah nikah kita saling menjajaki pasangan kita masing-masing dengan tujuan saling mengerti, saling memberi arti dan saling melengkapi kekurangan masing-masing. Berbeda jauh dengan para penjaja cinta semu. Mereka melakukan semuanya dengan motivasi mencari kekurangan dan ingin kesempurnaan. Sungguh sayang, selamanya mereka tidak akan mendapatkan hal itu.  
  
Betapa banyak mereka yang sebelum nikah terlihat begitu harmonis, namun setelah nikah rasanya tidak ada kata cocok diantara mereka. sungguh sebuah realita. Kenapa seperti itu? Kepura-puraan dan kepalsuan jawabannya. Saat-saat 'indah' mereka hanyalah fatamorgana. Hanya terlihat luarnya saja. Bukan sebenarnya. Hanya mengandalkan sampul muka. Mereka tidak tahu sedikitpun isi sebuah buku, misalnya. Mereka hanya terlena dengan bagusnya jilid itu. Tidak peduli isinya menjerumuskan atau tidak. Tidak peduli dalamnya busuk atau tidak. Sama sekali buta dengan hakekat atau inti buku yang akan mereka miliki. Ya, itulah para pemuja fatamorgana.

Comments

Popular posts from this blog

Menyambut Si Lembut nan Jelita

Modul Jurnalistik: Mulai Menerjemah

Modul Jurnalistik: Prinsip Bahasa Jurnalistik